Living close to nature in Bali means sharing the landscape with wildlife, including snakes. Most snakes prefer avoiding humans, but understanding their behavior helps you stay safe while respecting the ecosystem. Below are the essential DOs & DON’Ts distilled from expert insights by Ron Lilley (Bali Snake Patrol) and field experience across Bali.
Snakes play a crucial role in controlling rats and other pests. As development expands and natural habitats shrink, encounters become more common. Coexistence is not only possible—it protects the balance of Bali's ecosystems.
Stay calm and still. Snakes respond to movement, not noise—they cannot hear shouting.
Give space. Step back slowly and allow the snake a clear exit route.
Use a flashlight at night. Most bites happen when a snake is accidentally stepped on.
Secure your room if a snake is inside. Close the door, place a towel at the bottom gap, and keep eyes on the snake from a safe distance.
Trim vegetation around buildings. Cut trees and branches at least 1 meter away from roofs and walls to prevent snakes following rats into ceilings.
Send a clear photo to experts if you need identification. Species determines risk.
Call professionals for removal, especially if the snake may be venomous:
Bali Snake Patrol – Ron Lilley
WhatsApp: +62 813 3849 6700
Do not hit, chase, or corner the snake. This increases risk.
Do not rely on myths such as salt, sulfur, palm fiber, or “snake-repelling plants.” They do not work.
Do not attempt TikTok/YouTube stunts. Handling cobras or vipers without training leads to severe injuries and deaths every year.
Do not use rat poison. Poisoned rats kill snakes that eat them, increasing rodent problems over time.
Bali has only a handful of medically significant species. The most commonly encountered venomous snakes are:
King Cobra / Cobra (Ular Sendok)
Banded Krait (Ular Weling)
Green Pit Viper (Ular Hijau) – often stepped on at night
Many others, including pythons, are non-venomous and generally avoid conflict.
Keep foliage, bamboo, and tree branches 1 meter clear of structures.
Identify and seal small gaps where rats enter—snakes follow rat scent trails.
Maintain tidy surroundings and reduce rodent attractants.
Snakes rarely attack humans unprovoked. With awareness and small adjustments to your living environment, you can enjoy Bali’s lush nature without unnecessary risk. The key is education, calm behavior, and calling experts when needed.
Hidup Berdampingan dengan Ular di Bali
Panduan Praktis untuk Hidup Ekologis di Habitat Ular
Hidup dekat dengan alam di Bali berarti berbagi ruang dengan satwa liar, termasuk ular. Kebanyakan ular memilih menghindari manusia, tetapi memahami perilaku mereka membantu Anda tetap aman sekaligus menghormati ekosistem. Berikut ini adalah poin-poin penting DOs & DON’Ts yang dirangkum dari wawasan ahli Ron Lilley (Bali Snake Patrol) dan pengalaman lapangan di seluruh Bali.
Mengapa Ular Penting
Ular berperan penting dalam mengendalikan tikus dan hama lainnya. Ketika pembangunan meluas dan habitat alami menyusut, perjumpaan menjadi lebih sering. Hidup berdampingan bukan hanya mungkin—tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem Bali.
Tetap tenang dan diam. Ular merespons gerakan, bukan suara—mereka tidak dapat mendengar teriakan.
Beri ruang. Mundur perlahan dan biarkan ular memiliki jalur keluar yang jelas.
Gunakan senter pada malam hari. Sebagian besar gigitan terjadi ketika ular terinjak tanpa sengaja.
Amankan ruangan jika ular berada di dalam. Tutup pintu, letakkan handuk pada celah bawah pintu, dan terus pantau ular dari jarak aman.
Pangkas vegetasi di sekitar bangunan. Tebang pohon dan ranting minimal 1 meter dari atap dan dinding untuk mencegah ular mengikuti tikus masuk ke plafon.
Kirim foto yang jelas kepada ahli jika Anda perlu identifikasi. Jenis ular menentukan tingkat risiko.
Hubungi profesional untuk evakuasi, terutama jika ada kemungkinan ular berbisa:
Bali Snake Patrol – Ron Lilley
WhatsApp: +62 813 3849 6700
Jangan memukul, mengejar, atau mengepung ular. Ini meningkatkan risiko.
Jangan percaya mitos seperti garam, belerang, ijuk, atau “tanaman pengusir ular.” Semua itu tidak efektif.
Jangan mencoba atraksi TikTok/YouTube. Menangani kobra atau viper tanpa pelatihan menyebabkan cedera parah dan kematian setiap tahun.
Jangan menggunakan racun tikus. Tikus beracun akan membunuh ular yang memakannya, dan pada akhirnya memperburuk masalah tikus.
Bali hanya memiliki beberapa spesies yang secara medis berbahaya. Ular berbisa yang paling sering ditemui antara lain:
King Cobra / Cobra (Ular Sendok)
Banded Krait (Ular Weling)
Green Pit Viper (Ular Hijau) – sering terinjak pada malam hari
Banyak ular lainnya, termasuk piton, tidak berbisa dan umumnya menghindari konflik.
Jaga agar tanaman, bambu, dan ranting berada setidaknya 1 meter dari bangunan.
Identifikasi dan tutup celah kecil tempat tikus masuk—ular mengikuti jejak bau tikus.
Pertahankan lingkungan yang rapi dan kurangi hal-hal yang menarik tikus.
Ular jarang menyerang manusia tanpa provokasi. Dengan kesadaran dan sedikit penyesuaian pada lingkungan tempat tinggal, Anda dapat menikmati alam Bali yang subur tanpa risiko yang tidak perlu. Kuncinya adalah edukasi, perilaku tenang, dan menghubungi ahli jika dibutuhkan.